grap

Dalam praktek yang sering saya lakukan dan beberapa artikel yang sering saya tulis tentang Tarot, masih sering orang menanyakan kepada saya : “ Bagaimana mungkin cara kerja Tarot yang diangkap klenik / mistik dapat menjadi metode yang rasional dan ilmiah ?”. atau “ Bagaimana mungkin hanya sebuah kartu dapat mempresentasikan persoalan yang dihadapi oleh manusia ? lalu, Bagaimana tingkat validitas dan reliabilitasnya ?” Inilah pertanyaan-pertanyaan yang memerlukan jawaban tidak mudah bagi mereka yang sudah terkontaminasi dengan mitos-mitos bahwa kartu Tarot adalah sebuah ‘pintu gerbang’ menuju kemusyrikan (Islam–red). Apalagi ditambah tentang pemahaman, bahwa pada setiap pertanyaan dan jawaban Tarot, selalu mengarah pada sesuatu keadaan yang belum terjadi atau ramalan masa depan. Apakah ini tidak mendahulukan takdir Tuhan…. ?.

Inilah pertanyaan-pertanyaan yang memerlukan jawaban tidak mudah bagi mereka yang sudah meyakini mitos bahwa kartu tarot merupakan pintu gerbang menuju kemusyrikan. Apalagi ditambah tentang pemahaman bahwa dalam setiap pertanyaan dan jawaban tarot, selalu mengarah pada sesuatu keadaan yang belum terjadi atau peramalan masa depan. Apakah ini tidak mendahului takdir Tuhan? Mari kita coba mencari beberapa literatur yang dapat menjawab beberapa pertanyaan di atas, tentu dengan pendekatan-pendekatan psikologi yang memungkinkan untuk dipelajari.

Dalam kehidupan manusia, kita tentu mengenal pola psikis seperti depresi,tertekan dan stres, yang mana pikiran bawah sadar menunjukkan eksistensi pengaruhnya untuk menekan pikiran sadar manusia sehingga pribadi seseorang mendapatkan sesuatu yang dirasakan dan dialaminya. Adalah Sigmund Freud, sebagai peletakilmu jiwa dan tinjauan psikoanalisis yang berhasil mengembangkan teori kepribadianyang membagi struktur pikiran ke dalam tiga bagian yaitu : consciousness (sadar), preconsciousness (ambang sadar) dan unconscious (bawah sadar). Dari ketiga aspek kepribadian, unconsciousness (bawah sadar) adalah yang paling dominan dan paling penting dalam menentukan perilaku. Di dalam unsconscious (bawah sadar) tersimpan ingatan masa kecil, energi psikis yang besar dan instink. Preconsciousness (ambang sadar) berperan sebagai jembatan antara conscious dan unconscious, berisi ingatan atau ide yang dapat diakses kapan saja. Consciousness hanyalah bagian kecil dari pikiran, namun satu-satunyabagian yang memiliki kontak langsung dengan realitas. Freud mengembangkan konsep struktur pikiran tersebut dengan mengembangkan “mind apparatus“, yaituyang dikenal dengan struktur kepribadian Freud dan menjadi hal yang terpentingdalam penanganan klinis secara personal.

Namun, sisi lain Carl Gustav Jung juga telah mengembangkankonsep Freud lebih lanjut. Dia membagi pikiran sadar menjadi duabagian: pribaditak sadar dan tak sadar kolektif. Ketidaksadaran pribadi adalah sebuah fase dari pengalaman yang pernah sadar tetapi telahdilupakan atau ditekan. Sedangkan ketidaksadaran kolektif adalah tingkat terdalam dari jiwa, yang berisiakumulasi warisan struktur psikis dan pola dasar pengalaman terdahulu

Pendekatan Jung terhadap psikologi yang unik dan berpengaruh luas ditekankan pada pemahaman”psyche” (sistim pribadi yang saling berhubungan) melalui eksplorasi dunia mimpi, seni,mitos, bahkan agama. Bagi Jung, kepribadian merupakan kombinasi yang mencakup perasaan dan tingkah laku, baik sadar maupun tidak sadar. Jungjuga menekankan pentingnya keseimbangan dan harmoni dalam hidup.

MenurutJung ketidaksadaran bukan merupakan dorongan dan asumsi manusia saja yang tertekan oleh keadaan disekelilingnya, tetapi bisa juga disebabkan oleh pengaruh-pengaruh eksternal seperti adanya bentuk simbol dan mimpi yang dimunculkan dalam bahasa simbolis.Karena bahasa simbolis inilah, maka bisa muncul sebuah mitos, dongeng dan legenda secara berkesinambungan dan berulang-ulang. Misalnya saja, mitos yang berkembang bahwaseni tarot adalah suatu metode peramalan dan tidak memiliki tingkat keilmiahan yang bisa dipertanggungjawabkan karena sejak dahulu permainan kartu tarot dipergunakanuntuk meramal masa depan seperti yang dilakukan oleh Raja Fir’aun (Mesir), KaumGypsy (Eropa), Suku Altec (Amerika Latin), para peramal, dukun, dll. Dengan demikian ketika kartu tarot dimainkan dan dikaji secara ilmiah serta mendalam,maka masih ada saja orang yang merasa takut, fobia dan berpikir kalau permainantarot mengundang kemusyirikan serta bersifat mistik.

Ketika kita menemukan pola dasar akan fantasi,khayalan, mimpi dan persepsi dari masing-masing individu inilah yang oleh Jungdisebut ketidaksadaran kolektif. Dansemakin bayang-bayang ini hidup di tengah masyarakat kita, semakin kuat pula pola dasar perasaan dan persepsi masing-masing individu. Karena mitos, legenda,cerita dll, meninggalkan kesan yang dapat memengaruhi serta menarik perhatiankita secara tak sadar dan tak terlihat. Dengan struktur generasi ke generasi yang dilakukan oleh orang-orang terdahulu, kita bisa mengeksplorasi diri kita kapan pun dan di manapun, karena pola inilah yang mendasari bagian emosional kita untuk memberiotonomi penuh pada pikiran sadar kita sendiri.

Jung meyakini bahwa semua jiwa manusia terhubung dengan ketidaksadaran kolektif.Danini memiliki kekuatan tersendiri dalam pola-pola kehidupan sepanjang masasehinggakita diajarkan untuk melihat peran kita, terus berupaya untuk mencapai hasil dan melepaskan hal-hal yang tidak menguntungkan. Dengan demikian kitasegera memasuki kesadaran pada ketidaksadaran untuk bisa mencapai pemahaman atas diri kita sendiri yaitu dengan mempertimbangkan hukum sebab-akibat.

Sementara, di sisi lain kartu tarot adalah sebuah medium yang berbasis pada mitos dan legenda, karena berasal dari gambar yang diawali oleh cerita-cerita kerakyatan dari masing-masing daerah dan ia terus berkembang sepanjang waktu. Bila kita perhatikan lebih jauh lagi, maka selalu ada pola kesamaan yang berulang pada sebuah cerita. Mari kita lihat seperti cerita sang pesulap (penyihir), si dungu, raja, ratu,perwira, petapa, dll pada arcana mayor dan semua simbol cerita gambar yang adadi arcana mayor dan minor. Semuanya akan bermunculan meski waktu dan tempatkemunculannya berbeda-beda.

Walau gambar di dalam kartu tarot dibuat pada masalalu, tetapi ia mempunyai pola yang sama ketika dimainkan sekarang. Lalu apakahini adalah sebuah kebetulan?atau sebuah ‘kebetulan yang memang kebetulan’ ? Ya, bagaimana punini adalah sebuah pola yang unik untuk sebuah kebetulan, sama halnya ketikaturunnya wahyu Tuhan pada masa lalu baik dalam bentuk Al Qur’an, Injil dll,pastilah memiliki korelasi. pada kehidupan sekarang dan ia akan berlakusepanjang masa.

Tarot bekerja dalam konsep ketidaksadaran kolektif.Ketika sebuah gambar dimunculkan, sebenarnya terdapat pesan yang keluar dari ketidaksadaran  kolektif untuk permasalahan yang berhubungan dengan kita (klien).Sedangkan yang membedakannya dengan kartu Rorschach adalah, jika kartu Rorschach, TAT/CAT ataulainnya masuk dalam diri kita melalui ketidaksadaran personal, maka kartu tarotmasuk dalam ketidaksadaran kolektif.

Jadi,sama saja ketika kita memelajari kartu Rorschach dalam mata kuliah Psikologi dan mewacanakannya maka seperti itulah kartu tarot diapresiasikan, walau memang ada perbedaan dalam kualifikasinya. Sama halnya dengan adanya perbedaan kualifikasi antarapenguasaan Rorschach terhadap TAT, Wartegg, DAM, BAUM dan alat test gambarlainnya. Dengan begitu pemahaman terhadap tarot dapat dibuktikan melalui konsep-konsepkeilmiahan yang seharusnya kita pahami sebagai bagian dari ilmu psikologi,walau kita masih membutuhkan kajian dan penelitian yang lebih mendalam lagi.

Adanya pola seperti kita gambar di atas, mengindikasikan bahwakartu tarot dapat digunakan untuk mencarisolusi dan perspektif dari apa yang menjadi masalah kita sendiri. Penggunaan tarot bukanlah menggunakan prinsip random, tetapi menggunakan asas sinkronisitas.Asasini mengendalilkan bahwa segala sesuatu sangat berhubungan dengan sesuatu yanglain karena adanya koneksi di dalam ketidaksadaran kolektif. Jadi ketika kita memainkan peranan sebagai pewacana tarot dan mengeksplorasi pikiran bawah sadar sebenarnya kita melakukan interaksi melalui ketidaksadaran kolektif, dengan demikian apa yang muncul dalam bentuk gambar kartu bukanlah suatu kebetulan, tetapi sebuah konsep ketidaksadaran kolektif dari cerita, legenda dan kisah terdahulu.

Jadi, segala sesuatu yang terjadi sebelumnya akan berhubungan dengan segala sesuatu yang terjadi sekarang dan mempunyai relefansi dengan apa yang ada dalam setiap pikiran bawah sadar manusia, karenatidak ada yang dihasilkan oleh sebuah kebetulan dengan cara random, karena setiap entitas manusia mampu berinteraksi secara psikis (telepatik) dengan entitas lainnya yang relevan, sehingga tindakan-tindakan fisik, mental, dan emosional akan terkoordinir sedemikian rupa hingga seolah-olah ada yang mengatur. Dan yang mengatur adalah prinsip sinkronisitas itu sendiri.

Maka tidaklah heran ketika klien berkonsultasi dengan saya lalu mengambil kartu tebaran kemudian saya membacakannya. Hampir semua mengatakan : “Kok, bisa, ya membaca pikiran saya..?!” bahkan sambil menangis tersedu-sedu karena saya dianggap telah menyentuh perasaan klien. Padahal saya sendiri tidak mengenal beberapa klien yang berkonsultasi dengan saya karena sesungguhnya pola sinkronisitas telah bekerja pada permainan tarot.

 

Hisyam A Fachri

Mind Therapist Psychology, Trainer, Pencipta Tarot Nusantara, Pemecah Rekor MURI, penulis buku TAROT PSIKOLOGI dan terapan hipnosis